PDM Kota Surabaya - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Surabaya
.: Home > Berita > KAJIAN PENCERAH : "Kalau Mau Sukses Berbisnis, Jauhi Pikiran Negatif"

Homepage

KAJIAN PENCERAH : "Kalau Mau Sukses Berbisnis, Jauhi Pikiran Negatif"

Kamis, 27-05-2012
Dibaca: 4007

     Untuk kesekian kalinya Kajian Ahad Pagi PENCERAH hadir menyapa para jamaah yang datang ke Gedung Dakwah Muhammadiyah Jl. Sutorejo 73-77 Surabaya. Pada bulan Mei 2012 ini menampilkan tema tentang khusus; “Bagaimana Meningkatkan Ghirah Kewirausahaan Ummat Islam” dengan pembicara seorang pengusaha Muslim yang sukses, yaitu Ir. Muhammad Najih, selaku Direktur Kelola Mina Laut, yang juga Ketua Majelis Ekonomi PWM. Jatim.
     Sebelum kajian dimulai dilakukan Launching Koperasi Syariah Surya Timur yang kini telah berbadan hukum. Koperasi ini merupakan Badan Usaha Milik Muhammadiyah dibawah naungan Majelis Ekonomi PDM Surabaya. Koperasi ini bergerak dalam berbagai bidang aneka kebutuhan ummat, mulai dari pengadaan sembako, buku, tinta, web design, spare part hingga servis sepeda motor.
     Dalam kajiannya, Ir. Muhammad Najih menyoroti tentang perkembangan kehidupan berekonomi kewirausahaan ummat Islam, khususnya warga Muhammadiyah yang dinilai kurang maju dan berkembang, padahal Muhammadiyah adalah organisasi Islam besar yang memiliki ribuan amal usaha di bidang pendidikan, sosial dan kesehatan. Perkembangan ini juga menyangkut profesi yang disandang kebanyakan ummat Islam sebagai PNS, guru, TNI atau pegawai swasta dan masih sedikit yang menekuni menjadi wirasaswasta. 
     Lebih lanjut menurut beliau saat ini bagaimana upayanya agar ekonomi ummat Islam khususnya warga Muhammadiyah itu bisa terangkat dan meningkat. Jika ditelaah lebih dalam apa yang menjadi penyebab ummat Islam enggan masuh ke dalam dunia usaha, maka kebanyakan adalah karena adanya berbagai mitos dan anggapan negatif tentang bisnis. Banyak ummat Islam yang beranggapan tabu membicarakan bisnis. Bisnis identik dekat dengan hal-hal yang berbau kotor seperti penuh dengan tipudaya, menghalalkan segala cara, penuh dengan resiko, bikin orang stress dan tidak kenal waktu. Anggapan seperti itulah yang menjadi penghambat ummat Islam untuk berkecimpung dalam bidang bisnis, padahal Rasulullah saw adalah seorang pedagang, bahkan peniaga ulung interregional (antar negara). Oleh karena itu sekarang yang perlu dibangun adalah anggapan positif bagaimana membangun bisnis yang Islami jauh dari unsur ribawi dan hal-hal yang berbau kotor, sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah saw.
     Menurut pengusaha asal Gresik itu bahwa berbisnis itu memiliki falsafah hidup yang multi tujuan dan beragam manfaat. Salah satunya adalah berbisnis dengan niat dan bertujuan membantu orang lain, seperti membantu menyediakan kebutuhan barang dan jasa, membantu memberikan lapangan pekerjaan dan penghidupan orang lain serta membantu mitra yang mendukung pekerjaan bisnis itu, bahkan membantu pemerintah mengangkat perekonomian nasional. Seperti pengalaman beliau selama 25 tahun menggeluti bisnis di bidang perikanan. Maka beliau bisa membantu masyarakat luas menyediakan kebutuhan konsumsi makanan olahan berbasis ikan laut, membantu penghidupan ribuan pekerjanya dan membantu taraf hidup nelayan dengan membeli ikan hasil tangkapannya. InsyaAllah jika niat membantu itu dengan ikhlas dijalani maka efek-efek positif lainnya akan datang dengan sendirinya sehingga dapat membesarkan dan meningkatkan usaha, seperti bagaimana menciptakan pasar, memenangi persaingan pasar dan sebagainya.
     Kemudian anggapan lain yang membelenggu ummat Islam adalah bahwa manusia hidup di dunia adalah sementara, karena itu buat apa berbisnis mencari dunia sebanyak-banyaknya kalau tidak bisa dibawa mati. Menurut Ketua Majelis Ekonomi PWM Jatim ini justru adalah anggapan yang sangat menyesatkan. Karena jika ummat Islam sukses berbisnis dengan jalan yang benar sesuai dengan keyakinan dan mampu mencari dunia sebanyak-banyaknya maka dia bisa menolong orang lain, beramal, bershodaqoh, berzakat yang mana itu kemudian akan berguna bagi kehidupannya di akherat kelak.
     Faktor lain yang tidak kalah penting adalah dukungan dari orang tua dan dari orang yang kita cintai. Seringkali ummat Islam sebagai orang tua kurang mendukung jika anaknya terjun ke dunia bisnis. Banyak diantara ummat Islam yang merasa bangga jika anak atau menantunya menjadi PNS atau pegawai swasta daripada menjadi pengusaha. Sehingga muncul persepsi bahwa menjadi pengusaha bukan merupakan cita-cita utama, bahkan menjadi pengusaha itu terpaksa karena sudah melamar kerja kesana-kemari ditolak.
     Selain faktor mitos dan dukungan faktor mental juga menjadi kendala ummat Islam dalam berbinis. Mental malas, kurang berani ambil resiko, gampang menyerah, tidak kreatif dan kurang inofatif dan selalu merasa malu jika gagal masih banyak dijumpai di kalangan ummat Islam. Jika faktor mental ini tidak segera dibenahi maka akan menjadi bumerang bagi ummat Islam itu sendiri. Karena itu mulai sekarang harus sudah dihilangkan mental-mental seperti itu. Rasulullah saw memberikan teladan kepada ummatnya bahwa mencapai suatu tujuan itu harus dengan kerja keras, sabar dan tawakal.
     Dalam berbisnis modal memang memegang peranan penting tapi bukan merupakan masalah penting. Banyak pebisnis menjalankan usahanya justru dari modal nol. Yang terpenting adalah bagaimana menciptakan pasar terlebih dahulu. Jika pasar sudah tercipta maka modal pasti akan datang. Kalau belum berusaha atau memiliki rencana bisnis sudah memikirkan tidak punya modal maka dia tidak akan berhasil.
     Kemudian dalam berbisnis harus kreatif dan inofatif menciptakan hal-hal baru yang menarik untuk dijual. Jika yang kita jual hanya itu-itu saja maka konsumen akan bosan. Oleh karena itu pebisnis muslim harus kreatif dan inofatif dalam menangkap peluang pasar dan jangan hanya terperangkap di zona nyaman. Pasar senantiasa bergerak dan dinamis maka dari itu pengusaha juga harus gesit, ulet dan senantiasa menangkap peluang yang dibutuhkan pasar.
     Satu hal lagi yang harus dibenahi dari kondisi kurang berkembangnya ummat Islam dalam berbisnis adalah jika sudah berbisnis jangan terkungkung pada hal-hal yang bersifat sentiment kelompok, golongan dan bahkan SARA. Bahasa dan pergaulan bisnis itu universal dan tidak mengenal sekat-sekat kelompok dan SARA. Karena itu jika ingin sukses dalam berbisnis ummat Islam harus mampu bergaul luas dengan semua kelompok, golongan dan suku bangsa, bahkan Rasulullah saw pun berbisnis dan berdagang dengan orang Yahudi. (Adit RED).

Tags: Majelis Tabligh
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: Dakwah



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website